Perubahan Stratifikasi Sosial Akibat Pernikahan di Bali
Pernikahan Adat Bali |
Dari jenis – jenis perkawinan di Bali, tergantung dari jenis
perkawinan yang ditempuh dapat merubah stratifikasi sosial si wanita maupun si
laki-laki. Perubahan stratifikasi sosial tersebut, dapat dilihat seperti di
bawah ini:
1.
Menek
Perkawinan beda kasta bisa membuat stratifikasi sosial seseorang berubah. Perkawinan beda kasta dengan kasta
laki-laki lebih tinggi dari wanita, bisa menaikkan stratifikasi social si wanita. Dalam
istilah Bali hal ini sering disebut “menek”
atau naik. Perkawinan Memadik/Ngidih
yang dilakukan oleh pihak laki-laki yang kastanya lebih tinggi terhadap pihak
wanita yang kastanya
lebih rendah akan menaikkan status sosial si wanita. Si wanita akan mendapat sebutan baru di
rumah suaminya. Istri tidak lagi dipanggil dengan nama lajangnya, tetapi akan
dipanggil dengan sebutan “Jero”.
2.
Nyerod
Istilah Nyerod diberikan kepada pihak
wanita dari kasta yang lebih tinggi bila menikah dengan kasta yang lebih
rendah. Istilah nyerod ini sering terjadi apabila perkawinan yang dilakukan
adalah perkawinan Ngelayat/Ngerorod.
Istilah nyerod itu
hanya dresta (tradisi/ kebiasaan) yang tidak berdasarkan kitab suci (susastra). Bahkan sejak tahun 1951
tradisi itu sudah tegas dihilangkan dengan Perda Gubernur Bali (termasuk
NTB-NTT ketika itu). Kalau menikah, juga gelar atau titel kebangsawanannya
tetap digunakan terus karena itu adalah nama yang diberikan ortu sejak lahir.
Selain karena
pernikahan beda kasta, istilah nyerod juga sering diberikan kepada pihak laki-laki yang dipinang oleh wanita
(perkawinan Nyentana/Nyeburin). Agama Hindu di Bali yang menganut paham
Patriliniar atau menganggap laki-laki sebagai kepala keluarga sering kali
memandang rendah laki-laki yang nyeburin. Bahkan ada istilah “De Pati Paid Bangkung”.Laki-laki yang
nyerod akan kehilangan hak warisnya
dari keluarga asalnya, karena sekarang statusnya adalah sebagai mempelai wanita dan berkewajiban memelihara pura keluarga wanita.
Bahkan dibeberapa
daerah terkenal istilah “De Kanti Paid Bangkung”. Laki-laki yang nyentana atau
terlalu mengalah terhadap istri (biasanya karena istri lebih berpengaruh karena
penghasilan lebih besar) akan mendapat sebutan paid bangkung.
0 komentar:
Post a Comment